Artikel ini ditulis oleh Prabowo Subianto, diambil dari bukunya yang berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”.
Ia mengungkapkan pendapatnya bahwa masalah ekonomi negara tidak jauh berbeda dengan mengatur diri sendiri, mengatur rumah tangga, dan mengatur perusahaan. Prabowo menekankan bahwa Pasal 33 Undang-undang Dasar ’45 dirumuskan untuk memastikan negara memiliki tabungan yang cukup untuk membangun.
Namun, ia menyoroti bahwa selama Pasal 33 Undang-undang Dasar ’45 tidak dipatuhi, kekayaan negara akan terus mengalir ke luar negeri, mata uang tidak akan kuat, dan ekonomi akan menjadi milik bangsa lain. Ia mengatakan bahwa ini perlu diubah dan ditegakkan sesuai dengan prinsip “Bumi, air, dan semua kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara, dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
Prabowo juga menegaskan bahwa prinsip utama yang ingin ia sampaikan adalah “hidup dan jadikan orang lain hidup” serta prinsip “menang bersama”. Ia menekankan pentingnya menjalankan nilai-nilai Undang-undang Dasar ’45 dan Pancasila, serta mengkritisi amandemen UUD 1945 yang, menurutnya, bertabrakan dengan nilai-nilai tersebut.
Ia percaya bahwa untuk mencapai negara yang sejahtera, sumber permasalahan ekonomi Indonesia harus dilihat dan diperbaiki. Prabowo mendukung pemulihan konstitusi ke naskah aslinya, versi 18 Agustus 1945, agar ekonomi Indonesia dapat dikuasai oleh rakyat Indonesia dan negara memiliki tabungan untuk membangun.
Dengan demikian, Prabowo berharap para pemimpin dan tokoh politik di Indonesia dapat berhenti menjadi “pemimpi” dan “pejuang akan”, namun dapat berbuat banyak untuk Indonesia jika kekayaan negara dikelola dengan baik.
