Hang Tuah lahir sekitar tahun 1444 di Malaka dan diyakini berasal dari keluarga yang miskin. Dia adalah seorang pahlawan Melayu yang hidup pada masa pemerintahan Kesultanan Melaka pada abad ke-15.
Dari kisah Hang Tuah, Prabowo Subianto mengambil makna bahwa nasib kita harus diubah dengan tindakan kita sendiri. Jika kita tidak berani memperbaiki keadaan kita, maka keadaan kita tidak akan menjadi lebih baik. Prabowo menekankan bahwa menurutnya, Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut tidak mau mengubah nasibnya sendiri.
Hang Tuah mulai belajar bela diri saat masih kecil dan belajar silat dari seorang guru bernama Adi Putera bersama empat sahabatnya. Mereka belajar berbagai hal mulai dari bela diri hingga meditasi. Kisah Hang Tuah mulai dikenal ketika mereka mengalahkan sekelompok perompak yang menyerang sebuah desa, di mana upaya Tun Perak untuk memadamkan serbuan tersebut malah membuatnya menjadi sasaran perompak. Hal ini membuat Hang Tuah dan teman-temannya menunjukkan keberanian mereka dan akhirnya bergabung menjadi anggota pasukan kerajaan.
Karier Hang Tuah sebagai laksamana diisi dengan berbagai kisah tentang kesetiaannya kepada Sultan. Salah satu kisah terkenal terjadi di Majapahit, di mana Hang Tuah berhasil menantang seorang pendekar dan memenangkan pertarungan, sehingga meraih Keris Taming Sari sebagai hadiah.
Meski lahir di Malaka, Hang Tuah juga diakui sebagai pahlawan Nusantara karena serangannya terhadap kapal-kapal Belanda. Ia dikenal sebagai pahlawan maritim sejati dan pelajaran yang dapat diambil dari kisahnya adalah pentingnya kekuatan militer dalam menjaga kemerdekaan dan keamanan suatu wilayah.
Sumber: Adaptasi dari https://prabowosubianto.com/pejuang-nasional-hang-tuah/
