Masalah kemiskinan ekstrem dan tingkat stunting yang tinggi masih menjadi perhatian utama di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan di NTT mencapai 19,48%, menjadikannya sebagai salah satu provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Indonesia. Selain itu, tingkat stunting di NTT juga mencapai angka 37%, menjadi yang tertinggi kedua di Indonesia. Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah melalui Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN menginisiasi program kolaboratif lintas kementerian dan lembaga. Langkah ini sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2022 tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem dan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Pada tanggal 13 Januari 2025, Kemendukbangga menggelar rapat koordinasi khusus dengan berbagai pihak terkait, termasuk Pemerintah Provinsi NTT, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman, serta Badan Gizi Nasional. Dua perguruan tinggi, yaitu Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang, juga terlibat dalam upaya penanggulangan masalah ini.
Mendukbangga Wihaji menekankan pentingnya sinergi antarinstansi dalam menangani masalah ini. Program penanggulangan kemiskinan dan stunting di NTT akan difokuskan pada pendekatan berbasis data riil per keluarga dan penguatan ketahanan pangan lokal. Upaya ini juga termasuk diversifikasi pangan seperti kelor, jagung, dan sorgum, serta pemberdayaan UMKM berbasis komunitas. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menciptakan kemandirian ekonomi dan mendukung tema “No Poverty, No Hungry”.
Kemendukbangga bersama UB dan UMM juga mengembangkan inisiatif seperti program Bangga Kencana, pendewasaan usia perkawinan, dan pengaturan jarak kelahiran. Lima program prioritas dalam implementasi program adalah Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), Taman Asuh Anak (Tamasya), Gerakan Ayah Teladan (Gate), Lansia Berdaya, dan aplikasi Super Apps berbasis kecerdasan buatan. Kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat diharapkan dapat membawa hasil nyata dalam penanggulangan permasalahan kemiskinan dan stunting di NTT.