Kapten Infanteri R.A Fadillah adalah salah satu prajurit terbaik dari Kopassus yang gugur saat memadamkan pemberontakan bersenjata PRRI. Meskipun namanya mungkin tidak begitu dikenal luas, namun bagi sesama prajurit Korps Baret Merah Kopassus, ia dianggap sebagai sosok ksatria sejati yang mempertahankan Indonesia. Pada tanggal 2 April 1958, Kapten R.A Fadillah tewas terkena tembakan musuh dalam pertempuran sengit di Lubuk Jambi, Riau.
Keberaniannya di medan perang membuat nama Kapten R.A Fadillah diabadikan sebagai nama jalan di Makopassus Cijantung, Jakarta Timur, dan Pusdiklatpassus Kopassus di Batu Jajar, Bandung, Jawa Barat. Sebagai perwira Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang kemudian menjadi Kopassus, RA Fadillah terlibat dalam operasi penumpasan PRRI yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein pada 1958.
Sejak usia 16 tahun, RA Fadillah telah terlibat dalam berbagai pertempuran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, mulai dari masa pelucutan senjata militer Jepang hingga pengusiran penjajah Belanda dalam Agresi Militer Belanda I dan II. Dengan latar belakang pendidikan dari Sekolah Kader dan Pendidikan Tenaga Pelatih Inti Korps Komando Angkatan Darat, RA Fadillah menjadi perwira terlatih di Korps Komando Kopassus.
Di tengah gejolak pemberontakan PRRI, pemerintah Indonesia memerintahkan TNI untuk menindak kelompok pemberontak tersebut. Kapten RA Fadillah merupakan salah satu prajurit yang gigih berjuang dalam meredam aksi separatis yang mengganggu kestabilan negara. Semangat dan dedikasinya dalam membela tanah air membuatnya dikenang sebagai salah satu pahlawan yang berjuang untuk Indonesia.