Keberagaman di Indonesia sebagai negara dengan beragam etnis, budaya, dan agama, menimbulkan tantangan dalam menjaga kerukunan antarumat beragama. Salah satu tantangan yang muncul adalah berkembangnya paham sektarian yang dapat memecah belah masyarakat akibat keegoan dan ketidaktoleranan terhadap perbedaan, yang kemudian berujung pada konflik dan kekerasan. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah dan organisasi kemasyarakatan (ormas) memiliki peran krusial dalam menjaga stabilitas sosial serta menekankan nilai-nilai keberagaman dan toleransi di masyarakat.
Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Hamim Ilyas, menyoroti konflik antarormas yang belakangan sering terjadi. Menurutnya, organisasi kemasyarakatan dan keagamaan harus memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas untuk membina kaderisasi dan anggotanya secara internal. Selain itu, penting bagi pemerintah untuk memberikan pendidikan kepada organisasi keagamaan tentang moderasi beragama agar mendukung hidup berdampingan dalam keberagaman, dengan membangun sumber daya manusia yang moderat dan inklusif.
Hamim menekankan perlunya pemahaman agama secara komprehensif serta penyesuaian dengan perkembangan zaman agar perbedaan tidak menciptakan konflik. Menurutnya, setiap orang punya pembenaran dalam versinya sendiri, sehingga harus menghindari pandangan bahwa satu hal adalah kebenaran mutlak. Dengan pembinaan yang baik, organisasi kemasyarakatan dapat berkembang dan bermanfaat untuk masyarakat secara keseluruhan, tanpa terperangkap dalam konflik yang tidak produktif.
Harapan Hamim adalah kolaborasi antara pemerintah dan organisasi masyarakat bisa mewujudkan masyarakat Indonesia yang beradab, aman, dan damai, dengan memberdayakan anggota yang terampil dan anti korupsi dalam berbagai bidang. Dengan wawasan kebangsaan yang kuat dan pemahaman moderasi beragama yang mendalam, Indonesia diharapkan bisa menghadapi tantangan keberagaman dengan lebih baik ke depannya.