Perguruan tinggi menghadapi tantangan besar dalam menghadapi era Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity (VUCA) yang penuh dengan ketidakpastian dan perubahan cepat. Manajemen perguruan tinggi harus meningkatkan kesadaran, kewaspadaan, dan kesiapan untuk menghadapi tantangan kompleks ini. Responsif dan adaptif dalam menghadapi disrupsi adalah kunci keberhasilan individu dan lembaga di abad ke-21, menurut Prof Arif Satria.
Strategi progresif, akseleratif, dan visioner diperlukan untuk mengelola perguruan tinggi ke depan. Pengelolaan yang adaptif dan responsif tidak mudah dilakukan dalam menghadapi kompleksitas masalah yang dihadapi. Keterlibatan civitas academica dalam proses adaptif dan responsif sangat penting, dengan fokus pada inovasi dan kreasi berkelanjutan.
Pengelola perguruan tinggi dihadapkan pada tantangan kompleks di tingkat global, termasuk perubahan iklim, revolusi industri 4.0, pandemi global, dan konflik internasional yang berdampak pada sektor penting seperti lingkungan, energi, makanan, dan industri. Transformasi strategis, resiliensi, dan keberlanjutan membutuhkan responsi yang kuat dari pengelola perguruan tinggi.
Keterlambatan dalam merespons perubahan lingkungan dan teknologi telah membuat perguruan tinggi tertinggal. Di sisi lain, otomatisasi meningkat pesat yang berdampak pada perubahan struktur pasar tenaga kerja global. Keterampilan pekerjaan yang dibutuhkan hingga tahun 2030 akan mengalami perubahan signifikan akibat faktor teknologi, geoekonomi, demografi, dan transisi hijau yang akan mengubah lanskap industri dan pasar tenaga kerja global.