Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama, Muhammad Adib Abdushomad, menyoroti konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel sebagai sebuah tragedi kemanusiaan yang mencerminkan kompleksitas relasi internasional dan krisis nilai-nilai universal. Gencatan senjata yang sering dilanggar oleh serangan militer Israel terhadap struktur sosial dan psikologis masyarakat Palestina telah menciptakan penderitaan multidimensional secara fisik, mental, dan spiritual.
Respons masyarakat global terhadap konflik di Palestina bervariasi, dari pendekatan diplomatik hingga solidaritas kemanusiaan lintas batas. Namun, terdapat pula respons emosional yang reaktif dan impulsif, yang dapat memicu tindakan-tindakan ekstremis di masyarakat. Disinformasi dan propaganda dalam media sosial juga turut memengaruhi persepsi publik terhadap konflik tersebut.
Sebagai negara yang mengusung nilai-nilai Pancasila dan perdamaian universal, Indonesia perlu merespons konflik ini dengan bijak dan proporsional. Solidaritas terhadap Palestina sebaiknya disalurkan melalui diplomasi kemanusiaan, penguatan peran masyarakat sipil, dan edukasi publik yang mendorong harmoni dan toleransi. Dalam menanggapi narasi ekstremisme, penting untuk memperkuat jihad dalam dimensi spiritual, yang merupakan perjuangan internal untuk mengendalikan dorongan destruktif dalam diri.
Menuju keharmonisan sosial dan pencegahan radikalisasi, diperlukan pendekatan yang terintegrasi antara aspek spiritual, humanistik, dan literasi digital. Indonesia dapat menjadi contoh negara yang merespons konflik global dengan cara yang beradab, rasional, dan berkeadilan melalui implementasi pendekatan-pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi.