Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UKRIDA, Septian Bayu Kristianto, berbicara tentang dampak kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump. Tarif ini menimbulkan tantangan dan peluang bagi perekonomian Indonesia. Selain menekan defisit perdagangan AS, kebijakan tersebut juga dapat mempengaruhi ekspor nasional Indonesia.
Dampak tarif yang tinggi bisa memberi tekanan pada kinerja ekspor, mengurangi pendapatan devisa, dan mengganggu rantai pasok global. Namun, situasi ini juga dapat menjadi dorongan untuk meningkatkan daya saing produk lokal, diversifikasi tujuan ekspor, dan merespons kebutuhan perubahan struktural dalam perekonomian. Indonesia perlu memperkuat strategi perdagangan adaptif dan diversifikasi pasar ekspor.
Dalam merespon kebijakan tarif AS, Indonesia menolak balasan tarif dan memilih jalur negosiasi bilateral sebagai langkah strategis. Selain menjaga posisi sebagai mitra dagang kredibel, Indonesia perlu memperkuat ekonomi domestik, meningkatkan nilai tambah produk, dan daya saing industri nasional. Dengan langkah-langkah ini, Indonesia diharapkan mampu bertahan dan melakukan transformasi struktural untuk menghadapi tekanan global dan menjaga prinsip ekonomi terbuka.
Untuk menghadapi tarif resiprokal lebih lanjut, Indonesia perlu mengambil langkah strategis jangka panjang, seperti memperkuat jalur diplomasi bilateral dengan AS, mendiversifikasi peta perdagangan global, dan meningkatkan daya saing nasional melalui inovasi dan diversifikasi produk ekspor. Dengan langkah-langkah ini, Indonesia dapat menghadapi tantangan global dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
