Harryanto Aryodiguno, Ph.D, adalah Associate Professor di Program Studi Hubungan Internasional di Universitas President, Indonesia. Pada tahun 2025, TNI Angkatan Laut akan menyelenggarakan Latihan Gabungan Angkatan Laut Multilateral Komodo (MNEK), di mana 56 negara diundang untuk berpartisipasi. Tujuan dari latihan ini adalah untuk menunjukkan komitmen Indonesia dalam menjaga stabilitas dan keamanan maritim di kawasan Indo-Pasifik, dengan tema “Kemitraan Maritim untuk Perdamaian dan Stabilitas”.
Dalam konteks diplomasi maritim, MNEK 2025 merupakan instrumen soft power yang efektif bagi TNI AL. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki peran strategis dalam menjaga keamanan lautnya. Dengan menggandeng rekan-rekan internasional melalui latihan ini, Indonesia tidak hanya mempererat hubungan bilateral, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai pemimpin global dalam menjaga ketertiban maritim.
Konsep soft power yang diperkenalkan oleh Joseph Nye memiliki relevansi dalam menjelaskan strategi Indonesia dalam MNEK 2025. Dalam konteks ini, Indonesia menggunakan daya tarik dan pengaruhnya untuk membangun kerja sama internasional yang kuat, memberikan landasan yang kuat untuk menghadapi tantangan keamanan maritim di kawasan ini.
Salah satu tujuan penting dari MNEK adalah meningkatkan interoperabilitas antara angkatan laut dari berbagai negara. Melalui latihan ini, negara-negara peserta berbagi pengalaman dan teknologi untuk mengatasi tantangan keamanan maritim dan bencana alam. Kerja sama ini dapat digunakan sebagai dasar untuk kolaborasi dalam misi kemanusiaan di masa depan, memperkuat respon terhadap bencana alam di kawasan.
Dalam dinamika geopolitik Indo-Pasifik yang terus berkembang, stabilitas kawasan menjadi isu yang semakin penting. Dengan adanya latihan seperti MNEK, negara-negara peserta dapat mengurangi potensi konflik di perairan yang sensitif dan memperkuat mekanisme kerja sama. Ini merupakan langkah positif dalam menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik.