Berita  

Tantangan Kaderisasi PMII di Era Ketidakpastian

Organisasi mahasiswa di Indonesia, termasuk Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), sedang menghadapi pertanyaan krusial seputar relevansi mereka dalam mencetak pemimpin masa depan dan menanamkan nilai-nilai sosial. Dalam lanskap global yang berubah cepat, ketertiban dunia tidak lagi ditentukan oleh satu kutub kekuasaan, melainkan oleh persaingan geopolitik yang semakin kompleks. Di tengah populisme yang merajalela dan regresi demokrasi liberal, PMII harus mengevaluasi kembali sistem kaderisasinya agar tetap relevan.

Kaderisasi dalam PMII bukan lagi soal keanggotaan belaka atau pelatihan administratif, melainkan proses pembentukan manusia yang kritis, peka terhadap sosial dan mampu beradaptasi dengan realitas kompleks saat ini. Banyak organisasi mahasiswa terperangkap dalam rutinitas internal sementara masyarakat berjuang melawan ketidakadilan, krisis lingkungan, dan isu keterasingan digital. Kaderisasi hari ini harus mampu melahirkan pemimpin masa depan yang membawa perubahan, bukan sekadar menjaga status quo.

Untuk menghadapi tantangan zaman, PMII merumuskan pendekatan baru dalam kaderisasinya. Dikenal sebagai model Era Baru Kaderisasi PMII, pendekatan ini berakar pada nilai-nilai yang telah ada namun tumbuh sesuai dengan kebutuhan zaman. Kognitif, afektif, dan psikomotorik menjadi tiga dimensi utama yang menjadi landasan proses kaderisasi, meliputi penguasaan teori sosial, pembentukan empati, dan keterlibatan langsung dalam aksi sosial dan advokasi kebijakan.

Dengan pendekatan ini, proses kaderisasi dibagi menjadi tahapan-tahapan yang dirancang untuk membentuk pemimpin masa depan yang adaptif dan visioner. Harapan PMII bukanlah tumbuh dari nostalgia, melainkan dari terus menerus merevitalisasi sistem kaderisasi mereka sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan demikian, PMII berpotensi tetap menjadi ruang penting dalam mencetak pemimpin-pemimpin masa depan yang mampu beradaptasi dengan kompleksitas zaman yang terus berubah.

Source link