portal berita online terbaik di indonesia

Iwan Bule dan Enam Elemen Kepemimpinan Humanis dalam Membangun Organisasi yang Berkelanjutan

Konsep “kepemimpinan humanis” berakar dari psikologi humanistik yang menekankan pentingnya pertumbuhan individu, aktualisasi diri (self-actualization), dan pengembangan holistik individu. Konsep ini sejalan dengan perspektif teoritis seperti kepemimpinan transformasional, kepemimpinan pelayanan, dan kepemimpinan autentik. Kepemimpinan humanis mengintegrasikan teori-teori tersebut dengan menempatkan fokus yang kuat pada empati, kolaborasi, dan perlakuan etis terhadap individu dalam konteks organisasi. Model ini tidak hanya berfokus pada pencapaian tujuan organisasi, tetapi juga pada perkembangan individu, kesejahteraan kolektif, dan dampak positif terhadap masyarakat.

Kepemimpinan humanis menjadi landasan yang kuat untuk membangun organisasi yang berkelanjutan, mengintegrasikan prinsip-prinsip kemanusiaan, empati, dan keadilan. Sebagai sebuah konsep yang holistik, kepemimpinan humanis menciptakan lingkungan di mana kebutuhan, aspirasi, dan nilai-nilai unik setiap individu diakui dan dihormati.

Ada beberapa elemen kunci dari model kepemimpinan humanis. Pertama, adanya empati sebagai fondasi. Pemimpin humanis tidak hanya memandang anggota tim sebagai sumber daya produktif, tetapi juga sebagai individu dengan kebutuhan dan aspirasi masing-masing. Aktif mendengarkan, merespons, dan memahami berbagai perspektif di dalam organisasi, pemimpin humanis menciptakan hubungan yang didasarkan pada saling percaya dan penghargaan.

Rasa empati yang dimiliki oleh Iwan Bule banyak dikagumi oleh masyarakat. Kesaksian dari anggota klub motor Merah Putih Hitam (MPH) dan pemuda dari organisasi masyarakat menunjukkan bahwa Iwan Bule diakui sebagai sosok yang tegas namun perhatian, dilihat sebagai “ayah” bagi pemotor milenial di MPH, memberikan dukungan sejak era kegiatan senior pemotor di jalanan.

Kedua, keterlibatan dan partisipasi sebagai strategi yang diaplikasikan dalam kepemimpinan humanis. Lebih dari sekadar upaya untuk meningkatkan produktivitas, keterlibatan aktif anggota tim dalam pengambilan keputusan dan kontribusi kreatif individu bertujuan memastikan bahwa setiap anggota tim merasa dihargai dan memiliki peran yang signifikan dalam mencapai tujuan bersama.

Salah satu implementasi dari elemen ini ditunjukkan oleh Iwan Bule pada saat “ngawangkong” dengan relawan dalam acara pengukuhan yang berlangsung di Ciketak, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Iwan Bule tidak hanya sekadar berbicara tentang pencapaiannya, tetapi juga memberikan perhatian khusus kepada para relawan yang hadir. Ia menyampaikan salam dan terima kasih atas dedikasi mereka dalam mendukung berbagai peran yang pernah diemban, mulai dari Kapolda hingga Tim Ahli Wakil Presiden. Iwan Bule juga memberikan pandangan dan rencananya terkait pembangunan jalan tol Cirebon-Ciamis-Pangandaran yang berhasil direalisasikan oleh Presiden Joko Widodo, menunjukkan keterlibatannya dalam upaya meningkatkan perekonomian rakyat.

Ketiga, pengembangan individu menjadi fokus utama dalam kepemimpinan humanis. Pemimpin tidak hanya memandang anggota tim sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi, melainkan sebagai individu yang memiliki potensi pertumbuhan dan perkembangan personal. Dengan menyediakan pelatihan, mentorship, dan sumber daya, pemimpin humanis berinvestasi dalam pengembangan jangka panjang yang tidak hanya menguntungkan individu tetapi juga memperkaya organisasi dengan beragam keterampilan dan perspektif.

Aplikasi dari poin ketiga ini dapat dilihat ketika Iwan Bule menjabat sebagai Ketua PSSI. Pada era kepemimpinannya, telah tercatat sejumlah inovasi signifikan untuk Timnas Indonesia. Dalam usahanya untuk meningkatkan kualitas pemain Indonesia, ia merekrut Luis Mila – mantan pemain sepak bola Spanyol yang lama malang-melintang di kompetisi level tertinggi Spanyol – sebagai pelatih; dan mengontrak Shin Tae-yong – Pelatih Korea Selatan pada Piala Dunia 2018 yang pertama kali berhasil memenangkan Kejuaraan Klub Asia / Liga Champions AFC sebagai pemain dan pelatih, dan memenangkan Kejuaraan Klub Asia 1995 dan Liga Champions AFC 2010 – untuk mengelola Timnas Senior dan Timnas Kelompok Umur.

Keempat, keadilan, kesetaraan, dan keterbukaan menjadi dasar yang kokoh dalam kepemimpinan humanis. Dengan menerapkan kebijakan yang adil dan inklusif, pemimpin humanis menciptakan lingkungan kerja yang aman dan mendukung.

Contoh yang dilakukan oleh Iwan Bule tercermin pada perhatiannya terhadap organisasi masyarakat seperti Garuda Singa Perbangsa. Iwan Bule menilai bahwa organisasi masyarakat (ormas) masih belum mendapatkan pengakuan yang memadai dari masyarakat. Kehadiran ormas juga masih belum mencapai harapan publik, sebagaimana termanifestasi dalam resistensi yang masih ditemui dari sebagian masyarakat terhadap keberadaan organisasi tersebut.

Kelima, keterbukaan dan komunikasi transparan membangun budaya kerja yang jujur dan terbuka. Pemimpin humanis berbagi informasi dengan transparan, mengakui keberhasilan dan kegagalan sebagai pelajaran bersama. Ini menciptakan atmosfer di mana setiap anggota tim merasa terlibat dan memiliki pemahaman yang jelas mengenai arah dan tujuan organisasi.

Terakhir, pemberdayaan menjadi pusat dari kepemimpinan humanis, di mana tanggung jawab dan otonomi diberikan kepada anggota tim. Lebih dari sekadar memberikan wewenang, pemimpin humanis juga memberikan dukungan dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama. Inisiatif dan kreativitas didorong, menciptakan lingkungan di mana setiap anggota tim merasa memiliki kontribusi yang berarti.

Iwan Bule telah menunjukkan kualitas dalam membangun kepemimpinan humanis yang menjadi modal positif bagi beliau untuk melanjutkan pengabdian kepada bangsa dan negara di Senayan nantinya. Rekam jejak merupakan salah satu poin penting dalam menilai calon wakil rakyat dan Iwan Bule telah memperlihatkan rekam jejak yang sangat baik dalam kepemimpinan humanis tersebut. (SENOPATI)

Source link

Exit mobile version