Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, membandingkan antara Soeharto dan Joko Widodo (Jokowi) dalam upaya mempertahankan kepemimpinannya melalui pemilu. Soeharto dan Jokowi menggunakan abuse of power dengan melibatkan aparat negara.
Hal ini disampaikan oleh Hasto dalam acara Bedah Buku ‘NU, PNI, dan Kekerasan Pemilu 1971’ karya Ken Ward (1972) di Jakarta. Hasto menyatakan bahwa ketika membaca buku tersebut, ia melihat kemiripan antara karakter Soeharto dan Jokowi.
Hasto menyoroti kekerasan yang terjadi dalam Pemilu 1971 ketika Soeharto berusaha mempertahankan kekuasaannya. Kekerasan tersebut akhirnya menjadi pilar kekuasaan otoriter hingga bertahun-tahun.
Menurut Hasto, saat ini masih ada intimidasi terhadap jurnalis dalam menjalankan tugasnya. Ia juga menyinggung tentang Badan Pengawas Pemilu (sekarang KPU) yang ikut terlibat dalam skenario abuse of power pada Pemilu 1971, hal yang juga terlihat pada keadaan saat ini.
Hasto menilai bahwa Soeharto memiliki waktu persiapan yang cukup lama untuk menjalankan skenario mempertahankan kepemimpinannya melalui operator politik seperti Ali Murtopo, Amir Mahfud, dan Sujono Mardani.
