Sri Lestari Yuniarti, seorang Widya Prada Ahli Muda di Ditjen GTK Kemendikdasmen, telah mencuri perhatian akhir-akhir ini. Ide Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, untuk mengirim siswa nakal ke barak militer telah menjadi perbincangan hangat dalam berbagai media. Kebijakan ini mulai diterapkan sejak bulan Mei. Siswa nakal yang dimaksud oleh Gubernur Jawa Barat adalah mereka yang melanggar norma agama, sosial, dan pendidikan, seperti tidak patuh pada orang tua, melanggar peraturan sekolah, terlibat tawuran, dan melakukan kekerasan lainnya.
Data menunjukkan bahwa angka kekerasan di kalangan siswa remaja terus meningkat, bahkan menjadi lebih sadis. Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) yang dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengungkapkan bahwa sebanyak 11,5 juta anak usia 13-17 tahun pernah mengalami kekerasan. Dalam 12 bulan terakhir, sekitar 7,6 juta anak usia tersebut mengalami kekerasan. Namun, angka sebenarnya diperkirakan lebih tinggi karena banyak remaja enggan melaporkan kekerasan yang mereka alami.
Melihat fenomena ini, Dedi Mulyadi mencoba menemukan solusi dengan mengirim siswa nakal ke barak militer. Meskipun banyak pihak memberikan komentar terhadap kebijakan ini, masih ada pertanyaan tentang penanganan yang lebih baik terhadap masalah siswa nakal. Remaja sendiri sering dihadapkan pada berbagai konflik dan ketegangan selama masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Mereka sedang mencari identitas dan perhatian dari dunia, sehingga kadang sulit bagi mereka untuk mengatasi masalah tersebut sendirian.